KUALALUMPUR - Bisa jadi, pria-pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, merupakan sosok yang paling disukai oleh wanita Malaysia. Lihat saja faktanya. Sekitar 500 wanita asal negeri jiran itu mau menjalin pernikahan dengan pria Lombok yang menjadi TKI di sana.
Meskipun hanya berstatus 'kawin lari' alias menikah tanpa penghulu yang resmi, para wanita itu begitu kepincut dengan pria Lombok. Mereka mau menikah karena mencintai. Seorang pejabat dinas agama Islam Mataram, sebagaimana yang dikutip Berita Harian, di Kuala Lumpur, Senin (14/6), mengungkapkan hampir semua pernikahan antara wanita Malaysia dengan lelaki Lombok menggunakan penghulu tidak resmi.
Hal itu disebebkan karena wanita Malaysia yang masuk ke Indonesia dilakukan secara ilegal. Mereka lari mengikuti sang kekasih pergi ke Lombok dan melakukan pernikahan resmi.
Dengan status sebagai pendatang asing ilegal tak mungkin wanita Malaysia dengan lelaki Lombok melakukan pernikahan dengan menggunakan penghulu resmi. Penghulu sudah pasti akan mempertanyakan status dari kedua mempelai.
Banyak pernikahan antara wanita Malaysia dengan lelaki Lombok tidak diperkuat dengan surat atau buku nikah resmi. Kawin lari wanita Malaysia dengan lelaki Lombok sering menjadi sorotan media massa Malaysia karena wanita Malaysia meninggalkan orang tuanya tanpa kabar berita, ternyata menikah dengan buruh perkebunan kelapa sawit atau karet di Malaysia.
Selain itu, banyak wanita Malaysia yang kawin lari ke Lombok masih dibawah umur atau belum memenuhi persyaratan menikah di Indonesia dan Malaysia. Dampak dari tidak adanya surat atau buku nikah resmi, pernikahan mereka tidak bisa dilegalkan di Malaysia saat wanita itu kembali ke Malaysia dan menginginkan pernikahan mereka di Lombok disahkan di Malaysia dan suami beserta anak-anaknya bisa masuk ke Malaysia.
Manager pekerja asing, Sime Darby Zarif Zainul, mengungkapkan, percintaan di lokasi antara buruh perkebunan Indonesia dengan wanita Malaysia tak bisa dihindari. Banyak orang tua Malaysia yang hidup dari perkebunan hanya ditemani oleh anak-anak wanita. Lelakinya banyak bekerja di kota.
''Seringkali yang mengantar anak-anak pelajar wanita Malaysia pergi ke sekolah adalah buruh Indonesia. Mereka punya motor dan sejak pagi sudah siap. Dari situlah percintaan muncul,'' jelasnya.
''Para buruh Indonesia yang sering membelikan pulsa para pelajar wanita Malaysia di perkebunan. Mereka yang punya uang dan gaji. Dari situlah awal cinta bersemi. Jika sudah jatuh cinta dan buruh Indonesia balik ke kampung, banyak yang ingin ikut dan menikah di sana,'' tambah Zarif Zainul.
Redaktur: Budi Raharjo Republika
Reporter: Antara
0 komentar:
Posting Komentar