1. Analisis
Bagian-bagian (unsur-unsur) karya sastra itu mempunyai makna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya. Oleh karena itu, strukturnya harus dianalisis dan bagian-bagiannya yang merupakan tanda-tanda yang bermakna dalamnya harus dijelaskan. Untuk menjelaskan analisis tersebut dibawah ini analisis sajak Subagio Sastrowardoyo (1982: 25)
TAMU
Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari
sudah duduk di ruang tamu. Aku baru
bangun. Tapi rupanya ia tidak
merasa tersinggung waktu aku belum
mandi dan menemui dia. Rambutku masih
kusut dan pakaianku hanya baju kumal
dan sarung lusuh.
“Aku mau menjemput,” katanya pasti,
seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya
dan tahu apa rencananya.
“Bukankah ini terlalu pagi?” tanyaku ragu.
“Dia sudah menunggu!” Ia nampak tak sabar
dan tak senang dibantah. Aku belum tahu
siapa yang ia maksudkan dengan “dia”,
tetapi sudah bisa kuduga siapa.
“Tetapi aku perlu waktu untuk berpisah
dengan keluarga. Terlalu kejam untuk
meninggalkan mereka begitu saja. Mereka
akan mencari.”
Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti
tak mau dikecilkan arti. Siapa dapat lolos
dari tuntutannya.
Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah
menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya
lari entah ke mana. ke sorga atau ke neraka?”
2. Pembahasan
a. Analisis kajian semiotik dengan pembacaan heuristik pada puisi “Tamu” Karya Subagio Sastrowardoyo.
Untuk dapat memberi makna dalam puisi secara semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama.
Adapun pembacaan heuristik pada puisi “Tamu” adalah sebagai berikut:
(1)“Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari sudah duduk di ruang tamu”.
Lelaki yang mengetuk pintu, berarti seorang laki-laki yang bertamu dengan mengetuk pintu. Pagi hari menunjukkan waktu tamu itu datang. Sudah duduk di ruang tamu berarti tamu tersebut sudah masuk rumah dan duduk di ruang tamu.
(2)“Aku baru bangun”
Kalimat itu menunjukkan bahwa tokoh “aku” baru bangun tidur karena hari waktu itu masih pagi.
(3)“Tapi rupanya ia tidak merasa tersinggung waktu aku belum mandi dan menemui dia”.
Kata-kata yang diucapkan tuan rumah itu menandakan bahwa dari gelagatnya tamu itu tidak merasa tersinggung ketika tuan rumah menemuinya dalam keadaan belum mandi. Dalam norma masyarakat, menemui tamu dalam keadaan belum mandi adalah hal yang tidak sopan dan dianggap tidak menghormati tamu.
(4)“Rambutku masih kusut dan pakaianku hanya baju kumal dan sarung lusuh”
Tuan rumah seperti menyampikan alasan bahwa ia belum siap kedatangan tamu. Keadaan tuan rumah digambarkan baru saja bangun tidur dan belum sempat mandi terlihat rambutnya kusut dan masih memakai pakaian tidurnya yaitu baju kumal dan sarung lusuh.
(5)“Aku mau menjemput,” katanya pasti, seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya dan tahu apa rencananya.
Si tamu mengatakan bahwa ia akan menjemput tuan rumah seolah-olah tuan rumah sudah mempunyai janji dan mengetahui rencananya, padahal tuan rumah tidak mengetahui bahwa tamu itu akan datang dan mau menjemputnya.
(6)“Bukankah ini terlalu pagi?” tanyaku ragu.
Tuan rumah menyatakan bahwa kedatangan tamu tersebut msih terlalu pagi. Tuan rumah tidak menyangka akan kedatangan tamu di waktu pagi.
(7) “Dia sudah menunggu!”
“Dia sudah menunggu!” merupakan jawaban dari tamu atas pertanyaan tuan rumah. Jawaban itu menunjukkan bahwa ada seseorang yang sudah menunggu tuan rumah.
(8) Ia nampak tak sabar dan tak senang dibantah.
Dari kata-kata tamu Dia sudah menunggu!, dan dari gelagatnya menunjukkan bahwa si tamu kelihatan tidak sabar dan tidak senang dibantah. Hal itu merupakan reaksi atas alasan yang dilontarkan tuan rumah “Bukankah ini terlalu pagi?”
(9) Aku belum tahu siapa yang ia maksudkan dengan “dia”, tetapi sudah bisa kuduga siapa.
Ketika tamu menyatakan Dia sudah menunggu!, tuan rumah merasa bahwa ia belum tahu siapa “dia” yang dimaksudkan oleh tamu. Tetapi tuan rumah sudah menduga siapa “dia”.
(10) “Tetapi aku perlu waktu untuk berpisah dengan keluarga. Terlalu kejam untuk meninggalkan mereka begitu saja. Mereka akan mencari.”
Tuan rumah menyadari bahwa ia akan pergi dengan tamu untuk bertemu dengan “dia”. Oleh karena itu, tuan rumah mengatakan bahwa ia perlu waktu untuk berpisah dengan keluarganya agar keluarganya tidak mencarinya. Tuan rumah merasa dirinya kejam apabila tidak berpamitan dahulu kepada keluarganya.
(11) Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti.
Menanggapi permintaan tuan rumah untuk berpamitan dengan keluarganya dahulu, tamu itu merasa tidak mau tahu karena mereka harus pergi saat itu juga. Tamu itu terlihat angkuh dan seakan-akan memaksa tuan rumah utntuk segera pergi dengannya.
(12) Siapa dapat lolos dari tuntutannya.
Menyadari sikap tamu, tuan rumah merasa bahwa ia tidak bisa menolak ajakan tamu untuk pergi saat itu juga tanpa ia sempat berpamitan kepada keluarganya.
(13) Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya lari entah ke mana.
Sebelum tuan rumah sempat untuk bersiap-siap, tamu itu sudah menyeretnya, berarti tamu itu memaksa tuan rumah untuk pergi dengannya. Tuan rumah diajak tamu ke kendaraannya dan ia tidak tahu akan di bawa kemana.
(14) ke sorga atau ke neraka?”
Pernyataan terakhir ini merupakan penutup narasi, kata-kata dari tuan rumah berbentuk pertanyaan, akan dibawa ia oleh tamu itu. Dibawa ke sorga atau ke neraka.
b. Analisis kajian semiotik dengan pembacaan hermeneutik pada puisi “Tamu” Karya Subagio Sastrowardoyo.
Memaknai puisi “Tamu” dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan melihat pada baris terakhir, yaitu ke sorga atau ke neraka?”. Dengan mengetahui arti lugas sorga dan neraka dapat diungkapkan bahwa tokoh “aku” dijemput oleh tamu untuk datang ke sorga atau neraka. Hal ini berarti tokoh “aku” harus meninggalkan dunia untuk kemudian menuju akhirat melalui kematian.
Lelaki yang mengetuk pintu dapat diartikan sebagai utusan Tuhan, yakni malaikat yang akan menjemput setiap manusia. Waktu kedatangannya yang pagi hari menunjukkan bahwa malaikat datang dengan tiba-tiba, tanpa diketahui manusia.
Lebih lanjut lagi melalui penceritaan “Aku baru bangun”, menandakan bahwa setiap manusia tidak pernah siap untuk menghadapi kedatangan malaikat (menghadapi kematian). Malaikat sendiri tidak peduli apa kegiatan manusia ketika malaikat harus mencabut nyawanya.
Malaikat juga tidak peduli apakah manusia siap menghadapi kematian atau tidak. Hal ini tergambar dalam kata-kata, “Tapi rupanya ia tidak merasa tersinggung waktu aku belum mandi dan menemui dia”. Sungguh kematian dapat menjemput manusia kapan saja dan dimana saja. Dan sesungguhnya setiap manusia menyadari bahwa ia akan menghadapi kematian kemudian menghadap kepada Tuhan. Meskipun seringkali manusia melalaikan perihal kematian yang sewaktu-waktu bisa menjemputnya dikarenakan ia disibukkan oleh urusan dunia.
Karena kematian bisa menjemput tiba-tiba, sehingga tak ada waktu sedikitpun untuk sekedar berpamitan kepada keluarga.
Kematian juga tidak bisa dimajukan atau ditangguhkan. Hal ini tergambar dalam bait: Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. Setiap manusia juga tidak mungkin bisa lolos dari kematian, karena tiap jiwa pasti akan mengalami kematian (siapa dapat lolos dari tuntutannya) kematian akan menjemput setiap manusia baik manusia itu senang atau tidak.
Bahkan dengan bahasa kiasan, kematian itu “memaksa” manusia untuk ikut dengannya. Dan kelanjutan setelah kematian adalah akhirat yang hanya ada dua pilihan yaitu sorga atau neraka.
Dari hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa penulis ingin menyampaikan sebuah amanat penting terkait dengan kematian. Penulis ingin mengingatkan setiap orang bahwa kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu setiap orang hendaknya mempersiapkan bekal menuju akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar