Pada postingan ini akan menuliskan tentang seputar ilmu pendidikan islam , semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk mengetahui lebih dalam tentang pendidikan islam, selamat membaca.
Definisi yang mencakup tema secara global :
1. Ilmu
Adalah sebuah kata serapan dalam bahasa indonesia yang diambil dari bahasa arab ‘alima-ya’lamu; ‘ilman; ‘alimun; ma’lumun. Tepatnya masdar (asal kata) dari kata kerja tersebut yang berarti pengetahuan.
2. Pendidikan
Dalam bahasa indonesia, kata pendididkan terdiri dari kata didik yang mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sesuai penjelasan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik Maka dapat kita ketahui kesan dari pengertian ini bahwa pendidikan mengacu kepada cara melakukan perbuatan dalam hal mendidik, adapun sinonim dari kata pendidikan adalah pengajaran yang bermakna cara mengajar atau mengajarkan
3. Islam
Kata islam sendiri adalah serapan yang diambil dari Bahasa Arab pula yang berarti menyerahkan diri secara penuhyang mana kata tersebut merupakan masdar (kata asal) dari kata kerja, aslama-yuslimu; islamun. Yang mana kata ini dalam tatanan bahasa indonesia memiliki kesan ideologis yaitu segala yang berkaitan erat dengan ideologi Islam dan doktrin-doktrinya.
Sepintas dapat kita ketahui dari seluruh uraian di atas, bahwa Ilmu Pendidikan Islam merupakan sebuah ranah pengetahuan yang mengkaji cara mendidik sesuai dengan ajaran serta tuntunan Islam. Disini kita akan mempelajari “Pendidikan Islam” secara lebih mendalam, dengan mengkaji dasar filosofisnya dari sumber ajaran Islam, demi mempermudah arah pemahaman kita tentang pendidikan Islam. Harus kita akui dalam hal ada atau tidaknya pendidikan Islam masih terdapat perdebatan di dalamnya, yang masih menjadi persoalan hangat dikalagan para pemikir pendidikan islam.
Pengertian Pendidikan Dalam Islam
a. Tinjauan Kebahasaan
Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah, maka sumber pendidikan Islam yang paling utama juga Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Kedua sumber pendidikan Islam tersebut dapat ditemukan di dalamnya kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu rabba (ربىّ) kata kerja dari tarbiyah (تربية) ‘allama (علّم) kata kerja dari ta’lim( تعليم ) dan addaba (ب د أ) kata kerja dari ta’dib (يبتأد). Misalnya :
1) Rabba (ربىّ) : صغيرا ربياني كما ارحمهما رب
“Ya Tuhan, sayangilah keduanya (orang tuaku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil”.
2) ‘Allama (علّم) :يعلم لم ما نسانالإ علّم
“Dia yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
3) Addaba (ب أد) : أمك أدبتك وأنت أمه أدبته هذا
“Ibunya telah mendidiknya dan ibumu telah mendidikmu”. (HR. Muslim)
Dalam bahasa Arab, kata-kata rabba, ‘allama, dan addaba tersebut di atas mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Kata kerja rabba (ربىّ) memiliki beberapa arti, antara lain mengasuh, mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-kata yang serumpun dengannya yaitu rabba (ربّ) , yang berarti memiliki, memim-pin, memperbaiki, menambah. rabba (ربا) juga berarti tumbuh atau berkembang. Adapun kata at-tarbiyah , yang merupakan bentuk masdar dari rabba , menurut Imam Baidawi (wafat 675 H) dalam kitab Tafsirnya, Anwarut-Tanzil wa Asrurut-Ta’wil, diartikan sebagai penyampaian sesuatu pada kesempurnaan secara bertahap atau sedikit demi sedikit. Menurut Al-Asfahani (wafat 502 H) dalam bukunya, Mufradatur-Ragib, kata tersebut berarti menjadikan atau mengembangkan sesuatu melalui proses tahap demi tahap sampai batas kesempurnaannya. Selanjutnya ‘Abdur-Rahman Al-Bani menerangkan lebih lengkap bahwa, ditinjau dari asal bahasanya, istilah at-tarbiyah mencakup empat unsur :
Memelihara pertumbuhan fitrah manusia.
Mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka macam (terutama akal budinya).
Mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaannya.
Melaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak. (Al-Nahlawi, 1979 : 13 – 14).
b. Kata kerja ‘allama berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan ketreampilan. Al-Qur'an sering menggunakan kata-kata ‘allama, misalnya dalam firman-firman Allah berikut ini :
كُلَّهَا وَعَلَمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ
“Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya”.
لطَّيْرِا مَنْطِقَ عُلِمْناَ النّاسُ يَأَيُهَا وَقَالَ
“Berkatalah Sulaiman : Wahai manusia, telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi burung”.
اْلبَيَانَ عَلَّمَهُ انَ اْلقُرْ عَلَّمَ
“Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Mengajarnya pandai berbicara”.
Kata kerja addaba dapat diartikan mendidik yang lebih tertuju pada penyempurnaan akhlaq budi pekerti.
Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya, Konsep Pendidikan Islam, dengan gigihmempertahankan penggunaan istilah ta’dib untuk pendidikan Islam, bukan tarbiyah, dengan alasan bahwa dalam istilah ta’dib, yang berasal dari kata addaba, mencakup wawasan ilmu yang merupakan esensi pendidikan Islam.(Al-Attas, 1984 : 60)
Terlepas dari beberapa jauh ketepatan argumen Naquib Al-Attas mengenai penggunaan istilah ta’dib bagi pendidikan Islam, di sini tidak ingin diperdebatkan, karena sesungguhnya ketiga istilah atau kata-kata tersebut (tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Dan dari ilmu yang telah dimiliki terwujudlah sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini lazim kita kenal sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun mengingat pengertian al-Tarbiyah mencakup empat unsure sebagaimana dikemukakan Abdur Rahman Al-Bani di atas, kiranya kata tersebut cukup menggambarkan keluasan dan ketepatannya. Dengan demikian istilah pendidikan disini dinisbatkan dengan al-Tarbiyah (Achmadi, 1992:16).
b. Tinjauan Peristilahan
Berdasarkan tinjauan kebahasaan tersebut di atas, pengertian pendidikan menurut pandangan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insane kamil).
2) Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan subjek/didik.
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”
3) Pendidikan yang sebenar-benarnya (Al-Haq) adalah Allah sebagai Rabbul ‘alamin. Dia tidak hanya mengatur, tetapi juga membimbing dan memelihara alam semesta termasuk manusia.
C. Konsep Pendidikan Islam
Dalam memahami konsep pendidikan Islam kita harus memahami dahulu konsep pendidikan;
pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan bukan hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung juga di luar kelas. Pendidikan bukan hanya yang bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang bersifat non formal.
Sekarang mari kita lihat konsep pendidikan islam menurut beberapa ahli ;
Zuhairini dalam bukunya, Filsafat Pendidikan Islam, menyatakan sebuah konsep bahwa pendidikan Islam merupakan segala usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.( Zuhzirini, 1992: 152 ) Armai Arief juga menerangkan dalam bukunya, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, tentang konsep pendidikan Islam, beliau menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah semua proses yang berorientasi dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah –subhanahu wata’ala- , baik yang mencakup hubunganya dengan Tuhannya, sesama manusia, maupun hubunganya dengan makhluk lainya, berdasarkan Al-qur’an dan Al-hadits. ( Armai Arief, 2002: 40 )
Tobroni menyatakan dalam bukunya, Pendidikan Islam; Paradiga Teologis, Filosofis dan Spritualis, bahwa perkembangan terakhir memberikan sebuah konsep bahwa pendidikan Islam memiliki arti yang lebih substansial sifatnya, yaitu bukan sebagai proses belajar mengajar, maupun jenis kelembagaan, akan tetapi lebih menekankan sebagai iklim pendidikan atau “education atsmophere” , yaitu suatu suasana pendidikan yang islami, memberi nafas keislaman kepada semua elemen sistem pendidikan yang ada.( Tobroni, 2008: 13)
Konsep pendidikan Islam secara menyeluruh dapat difahami dengan dua pendekatan, yaitu sosiologis dan filosofis :
Pendidikan islam secara sosiologis diartikan sebagai aktivitas (lembaga) pendidikan islam yang keberadaanya disemangati oleh nilai-nilai islam, bertujuan mewujudkan misi Islam, menggunakan simbol-simbol Islam sebagai nama lembaga itu, mengadakan pengkajian terhadap ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pada umumnya, dan nilai-nilai Islam mewarnai dalam proses penyelenggaraan atau manajerialnya. Aktivitas (lembaga) pendidikan itu dapat berupa pondok pesantren, madrasah, sekolah dengan berbagai jenis baik formal, informal, maupun non formal.
Sedangkan secara filosofis, pendidikan Islam adalah pendidikan yang berparadigma kesemestaan yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman secara integratif dalam rangka humanisasi dan liberalisasi manusia, agar manusia dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi sebagai bentuk pengabdianya kepada Allah dan sesama manusia. Atau dengan kata laindapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang paling ideal. Setiap aktivitas yang paling ideal pada hakekatnya adalah pendidikan yang Islam (Islami), baik dilaksanakan oleh orang Islam atau bukan dan menggunakan symbol-simbol Islam atau tidak.
Peran IPI dalam keilmuan pendidikan Islam
Peran pendidikan Islam dalam pembentukan peradaban umat manusia adalah hal yang pasti, ini tercermin dalam pernyataan Christopher bahwa pendidikan menyimpan hal yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan di dunia, serta membantu akan didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan (Lihat A. Malik Fadjar dalam Tarbiyah, No.1, 1993 : hal, 12). Maka Islam mendudukan pendidikan itu sebagai faktor penentu dalam masa depan anak, baik individu maupun dalam konteks kemasyarakatanya.
Lihat Kitabut Tashrif, Hasan Ahmad, Al-kismul awal Ats-Tsulatsiul mujarad bab 5, hal. 56.
Lihat kamus Al-munawwir bab ‘ain.
Lihat Filsafat Pendidikan Islam, Abuddin Nata, hal. 4.
Ibid.
Lihat kamus Al-munawwir bab alif.
Lihat Kitabut Tashrif, Hasan Ahmad, Al-kismus tsani Ats-Tsulatsiul maziidu fih bab pertama, hal. 62.
Lihat Al-Qur’an surat Al-Isra’ (17) : 24.
Lihat Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) : 5.
Lihat Shohih Muslim, kitab Masajid, no: 66.
Lihat Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) : 31.
Lihat Al-Qur’an surat An-Naml (27) : 16.
Lihat Al-Qur’an surat Ar-Rahman (55 ) : 2 dan 4.
Ini merupakan kutipan langsung dari PDF Tesis milik Al-Furqon Hasbi.
Ibid.
Lihat Al-Qur’an surat Al-Insyiqaq (84) : 19.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Hal, 11.
Ibid. Hal, 152.
Armai arief, , Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers,2002. Hal, 40.
Tobroni, Pendidikan Islam; Paradigma Teologis, Filosofis dan Spritualis, Malang : UMM press, 2008. Hal, 13.
Ibid. Hal, 49.
0 komentar:
Posting Komentar